Halaman

Korban Banjir Aceh Dipindah ke Huntara



  0 Share00
ILustrasi (Foto: Ist)
ILustrasi (Foto: Ist)
BANDA ACEH - Menko Kesejahteraan Rakyat, Agung Laksono menyatakan ratusan korban banjir bandang di Tangse, Pidie, Aceh yang masih di pengungsian, segera dipindahkan ke rumah hunian sementara menyusul habisnya masa tanggap darurat.

“Seperti dilaporkan pak Gubernur tadi, masa tanggap darurat sudah berakhir hari ini, maka secapatnya akan dibangun Huntara untuk tempat tinggal mereka sementara,” kata Agung usai menyerahkan bantuan kepada korban banjir Tangse senilai Rp500 juta di Meuligo (Pendopo) Gubernur Aceh di Banda Aceh, Sabtu (2/3/2011).

Ratusan korban masih tinggal di pengungsian karena rumahnya hancur dalam banjir bandang melanda Tangse pada bulan lalu. Data sementara dilansir Pemerintah Aceh sedikitnya 400 rumah rusak berat dalam musibah itu.

Agung mengatakan pihaknya bersama Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) dan Pemerintah Daerah akan membangun huntara untuk ditempati para korban antara enam sampai satu tahun, sambil menunggu siapnya rumah baru bagi mereka.

“Teknisnya nanti diatur BNPB dan Pemda. Menyangkut dana kita menanggung sama-sama, sebagian dari daerah, selebihnya ditanggung Pusat,” kata Agung.

Dia tak menyebutkan batas waktu pembangunan huntara itu selesai, termasuk deadline rehabilitasi dan rekontruksi Tangse, dengan alas an masih dalam pembahasan. BNPB sudah memprediksi satu Huntara itu akan memakan biaya Rp10 juta. Namun Pemerintah Aceh menilai Huntara senilai Rp10 juta terlalu kecil, mengingat sulitnya mendapatkan kayu di Aceh karena Provinsi itu sudah menerapkan jeda tebang sejak 2006.

Agung berjanji akan mencari solusi di antaranya mendatangkan kayu olahan untuk pembangunan huntara dan rumah baru bagi korban banjir. “Kita juga akan perjuangkan anggaran dalam APBN,” kata dia.

Pemerintah Aceh belum memiliki data konkrit tentang berapa huntara yang akan dibangun, mengingat data kerusakan yang dimiliki sekarang masih butuh verifikasi.

Gubernur Aceh Irwandi Yusuf mengatakan data sementara rumah yang rusak berat dalam banjir bandang di Tangse mencapai 400 unit. Beberapa rumah, kata dia, tak bisa lagi dibangun di lokasi semula, sehingga harus direlokasi.

Agung Laksono tiba di Aceh sekira pukul 11.00 WIB rencanya menyerahkan langsung bantuan senilai Rp500 juta ke Tangse, namun dibatalkan karena dia harus segera kembali ke Jakarta sore ini mengingat ada agenda lain pada Sabtu malam nanti.

Bantuan akhirnya diserahkan secara simbolis di Pendopo kepada Gubernur Irwandi Yusuf. Bantuan Rp500 juta rinciannya Rp154,7 juta untuk kebutuhan sandang para korban, Rp84 juta untuk santanun bagi keluarga korban meninggal dunia (12 orang) dan Rp297,3 juta untuk jaminan hidup para korban selama 30 hari. Dalam kesempatan itu ia juga menyerahkan bantuan untuk kebutuhan anak-anak dari Menteri Kesehatan.

Irwandi Yusuf mengatakan banjir bandang menimpa Tangse bulan lalu disebabkan oleh maraknya perambahan hutan Aceh di masa lalu, baik secara illegal maupun legal (Mengantongi Hak Penggunaan Hutan). “Perambahan hutan yang tidak diikuti dengan penghijauan kembali menyebabkan tekstur tanah berubah, sehingga kalau hujan lebat air tidak bisa menyerap dan sering banjir,” kata dia.

Banjir bandang di Tangse, kata dia, ikut melumpuhkan perekonomian warga. Beberapa bendungan yang mengairi persawahan berikut lahan persawahan rusak, sehingga dipastikan dalam waktu dekat ini petani di Tangse tak bisa bercocok tana padi kembali.

Irwandi mengatakan pihaknya sudah memprogramkan penanaman holtikultura di Tangse untuk mengganti penanaman padi sementara, sambil menunggu selesainya rehabilitasi bendungan dan persawahaan. Tangse merupakan salah satu daerah lumbung beras di Aceh.

Kepala Bapeda Aceh, Iskandar menyebutkan untuk memulihkan Tangse pascabanjir bandang butuh dana hingga Rp2 triliun, baik untuk tanggap darurat, rehabilitasi dan ganti rugi perekonomian.

(ful)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar